Rabu, 20 Maret 2013

SEMANTIK



JENIS MAKNA

Menurut Chaer (2007:289-297)

1.      Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna yang memiliki atau ada pada leksem meski tanpa koteks apa pun. Misalnya, leksem kuda memiiki makna leksikal ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’.

2.      Makna Gramatikal
Makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi. Misalnya, dalam proses afiksasi prefiks ber- dengan dasar baju melahirkan makna gramatikal ‘mengenakan atau memakai baju’.

3.      Makna Kontekstual
Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks. Misalnya:
(1) adik jatuh dari sepeda.
(2) dia jatuh dalam ujian yang lalu.
(3) dia jatuh cinta pada adikku.
Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasi, yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa itu.

4.      Makna Referensial
Makna referensial adalah sebuah kata atau leksem ada referensnya atau acuannya. Kata-kata seperti meja, biru, dan kertas adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata.

5.      Makna Non-referensial
Makna non-referensial adalah kata-kata yang tidak mempunyai referensnya. Misalnya, kata-kata seperti dan, atau, dan karena.

6.      Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Misalnya, kata rombongan bermakna denotatif ‘sekumpulan orang yang mengelompokan menjadi satu kesatuan’.


7.      Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna lain yang ‘ditambahkan’ pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Misalnya, kata ramping, yang sebenarnya bersinonim dengan  kata kurus itu memiliki konotasi positif, nilai rasa yang mengenakkan; orang akan senang kalau dikatakan ramping. Sebaliknya, kata kerempeng, yang sebenarnya bersinonm dengan kata kurus dan ramping itu, mempunyai konotasi yang negatif, nilai rasa yang tidak mengenakkan; orang akan merasa tidak enak kalau dikatakan tubuhnya kerempeng.

8.      Makna Konseptual
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun. Kata rumah memiliki makna konseptual ‘bangunan tempat tinggal manusia’.

9.      Makna Asosiatif
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Misalnya, kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian.

10.  Makna Kata
Makna kata itu baru menjadi jelas kalau kata itu sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya. Makna kata masih bersifat umum, kasar, dan tidak jelas. Kata tangan dan lengan sebagai kata, maknanya lazim dianggap sama, seperti:
(4) Tangannya luka kena pecahan kaca.
(5) Lengannya luka kena pecahan kaca.
Jadi, kata tangan dan lengan pada kedua kalimat adalah bersinonim, atau bermakna sama.

11.  Makna Istilah
Makna istilah adalah makna yang pasti, yang jelas, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Istilah itu bebas konteks, sedangkan kata tidak bebas konteks. Sebuah istilah hanya digunakan pada bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Misalnya, kata tangan dan lengan dalam bidang kedokteran mempunyai makna berbeda. Tangan bermakna bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan; sedangkan lengan adalah bagian dari pergelangan sampai ke pangkal bahu.

12.  Makna Idiom
Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat ‘diramalkan’dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya, bentuk membanting tulang dengan makna ‘berkerja keras’, meja hijau dengan ‘pengadilan, dan sudah beratap seng dengan makna ‘sudah tua’.

13.  Makna Peribahasa
Peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusiri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya ‘asosiasi’ antara makna asli dengan maknanya peribahasa. Misalnya, peribahasa tong kosong bunyinya yang bermakna ‘orang yang banyak cakapnya biasanya tidak berilmu’. Makna ini dapat ditarik dari asosiasi: tong yang berisi bila dipukul tidak mengeluarkan bunyi, tetapi tong yang kosong akan menngeluarkan bunyi yang keras, yang nyaring.


Menurut Chaer (2009:59-78)

1.      Makna Leksikal
Leksikal adalah bentuk ajektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuler, kosa kata, perbendaharaan kata). Makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Misalnya, kata tikus makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan penyakit tifus.

2.      Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi. Misalnya, proses afiksasi awalan ter- pada kata angkat dalam kalimat Batu seberat itu terangkat juga oleh adik melahirkan makna ‘dapat’, dan dalam kalimat Ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat ke atas melahirkan makna gramatikal ‘tidak sengaja’.

3.      Makna Referensial
Makna referensial adalah kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang dia acu oleh kata itu. Misalnya, kata meja dan kursi termasuk kata bermakna referensial karena keduanya mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang disebut ‘meja’ dan ‘kursi’.

4.      Makna Nonreferensial
Makna nonrefensial adalah kata-kata yang tidak mempunyai referen. Kata karena dan tetapi tidak mempunyai referen.

5.      Makna Denotatif
Makna denotatif adalah  makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengeran, atau pengalaman lainnya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif. Misalnya, kata perempuan dan wanita kedua kata ini mempunyai denotasi yang sama, yaitu manusia dewasa bukan laki-laki. Dari beberapa buku pelajaran makna denotasi disebut makna dasar, makna asli, atau makna pusat.

6.      Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna tambahan; tetapi penggunaan makna tambahan untuk menyebut makna konotasi kiranya perlu dikoreksi; yakni hanya tambahan yang sifatnya memberi rasa, baik positif maupun negatif. Misalnya, kata buaya dijadikan lambang kejahatan menjadikan kata buaya bernilai rasa negatif.

7.      Makna Kata
Makna kata baru menjadi jelas kalau sudah digunakan di dalam suatu kalimat. Kalau lepas dari konteks kalimat, makna kata itu menjadi umum dan kabur.

8.      Makna Istilah
Istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Jadi, tanpa konteks kalimatnya pun makna istilah itu sudah pasti.

9.      Makna Konseptual
Makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya, makna yang sesuai referennya, dan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apapun.
10.  Makna Asosiatif
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaaan diluar bahasa. Misalnya, kata merah berasosiasi dengan makna ‘berani’.

11.  Makna Idiomatikal
Makna idiomatikal adalah makna sebuah satuan bahasa (entah kata, frase, atau kalimat) yang ‘menyimpang’ dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya. Untuk mengetahui makna idiom sebuah kata (frase atau kalimat) tidak ada jalan lain selain mencari di dalam kamus.

12.  Makna Peribahasa
Makna peribahasa masih dapat diramalkan karena adanya asosiasi atau tautan antara makna leksikal dan makna gramatikal unsur-unsur pembentukan peribahasa itu dengan makna lain yang menjadi tautannya.

13.  Makna Kias
Makna kias adalah semua bentuk bahasa (baik kata, frase, maupun kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif). Misalnya, kata putri malam dalam arti ‘bulan’, membanting tulang dalam arti ‘bekerja keras’, dan kata daki dunia dalam arti ‘harta, uang’.

14.  Makna Kolusi
Makna kolusi adalah makna seperti yang dinyatakan dalam ujaran, makna harfiah, atau makna apa adanya.

15.  Makna Ilokusi
Makna ilokusi adalah makna seperti yang dipahami oleh pendengar.

16.  Makna Perlokusi
Makna perlokusi adalah makna seperti yang diinginkan oleh penutur.

Menurut Pateda (2001:96-132)

1.      Makna Afektif
Makna afektif (Inggris: affective meaning, Belanda affective betekenis) merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat. Oleh karena makna afektif berhubungan dengan reaksi pendengar atau pembaca dalam dimensi rasa, maka dengan sendirinya makna afektif berhubungan pula dengan gaya bahasa. Misalnya seseorang berkata, ‘Datang-datanglah ke pondok buruk kami’. Urutan kata pondok buruk mengandung makna afektif, yakni merendahkan diri.

2.      Makna Denotatif
Makna denotatif (denotative meaning) adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud diluar bahasa yang diterapi satuan bahasa itu secara tepat. Makna denotatif adalah makna polos, makna apa adanya. Sifatnya objektif. Makna denotatif didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu diluar bahasa atau yang didasarkan pada konvensi tertentu (Harimurti, 1982:32). Misalnya, kata uang yang mengandung makna  benda kertas atau logam yang digunakan dalam transaksi jual beli.

3.      Makna Deskriptif
Makna deskriptif (descriptive meaning) yang biasa disebut pula makna kognitif (cognitive  meaning) atau makna referensial (referential meaning) adalah makna yang terkandung didalam setiap kata. Makna yang ditunjukkan oleh lambang itu sendiri. Makna deskriptif adalah makna yang terkandung dalam kata itu pada masa sekarang. Makna dimaksud adalah makna yang masih berlaku sekarang, makna yang berlaku dalam masyarakat pemakai bahasa. Ambillah contoh kata rangkap. Dewasa ini kata rangkap selalu dikaitkan dengan upaya menjadikan sesuatu ganda atau kembar. Itu sebabnya kita mengatakan, ‘Ketiklah rangkap dua, rangkap tiga’. Pemakai bahasa tidak mengaitkan dengan makna (i) menungkup dengan telapak tangan; (ii) menangkap dengan menungkupkan telapak tangan sehingga binatang yang ditangkap tidak mati; (iii) menangkap kedua belah tangan (lihat Depdikbud, 1993:8160).

4.      Makna Ekstensi
Makna ekstensi (extensional meaning) adalah makna yang mencakup semua ciri objek atau konsep (Harimurti, 1982:103). Makna ini meliputi semua konsep yang ada pada kata. Makna ekstensi mencakup semua makna atau kemungkinan makna yang muncul dalam kata. Misalnya, kata ayah dapat dimaknakan: (i) orangtua anak-anak; (ii) laki-laki; (iii) telah beristri; (iv) tidak memakai BH; (v) sebagai kepala rumah tangga; dan (vi) orang yang berusaha keras mencari nafkah untuk anak dan istrinya.

5.      Makna Emotif
Makna emotif (emotive meaning) adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai/terhadap apa yang dipikirkan atau dirasakan (Shipley, 1962:261). Misalnya, kata kerbau yang muncul dalam urutan kata engkau kerbau. Kata kerbau ini menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendenger, atau dengan kata lain, kata kerbau mengandung makna emosi. Kata kerbau dihubungkan dengan perilaku yang malas, lamban, dan dianggap sebagai penghinaan.

6.      Makna Gereflekter
Makna gereflekter tidak saja muncul karena sugesti emosional, tetapi juga yang berhubungan dengan kata atau ungkapan tabu. Misalnya, kata-kata bersetubuh, ereksi, ejakulasi adalah kata-kata yang mengandung makna gereflekter.

7.      Makna Gramatikal
Makna gramatikal (gramatical meaning), atau makna fungsional (fungsional meaning), atau makna struktural (structural meaning), atau makna internal (internal meaning) adalah makna yang mucul sebagai akibat berfungsinya kata dalam kalimat. Misalnya, dalam kalimat ‘Hei, mana matamu?’ kata mata tidak mengacau lagi pada makna alat untuk melihat atau tidak menunjuk pada indra untuk melihat, tetapi menunjuk pada cara bekerja, cara mengerjakan yang hasilnya kotor, tidak baik.

8.      Makna Ideasional
Makna ideasional (ideational meaning) adalah makna yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Dalam BI terdapat kata demokrasi. Konsep makna kata demokrasi adalah persamaan hak dan kewajiban seluruh rakyat. Makna ideasionalnya, yakni ide yang terkandung didalam kata demokrasi itu sendiri.


9.      Makna Intensi
Makna intensi (intentional meaning) adalah makna yang menekankan maksud pembicara (Harimurti, 1982:103).

10.  Makna Khusus
Makna khusus adalah makna kata atau istilah yang pemakaiannya terbatas pada bidang tertentu. Misalnya, bagi militer, makna kata operasi selalu dikhususkan dengan upaya melumpuhkan perlawanan lawan, dan kalau mungkin menumpas perlawanan musuh.

11.  Makna Kiasan
Makna kiasan (transfered meaning atau figurative meaning) adalah pemakaian kata yang maknanya tidak sebenarnya (Harimurti, 1982:103). Misalnya kata bintang lapangan bermakna kiasan, orang yang terampil bermain sepak bola. Kata ini berhubungan dengan makna orang yang diunggulkan.

12.  Makna Kognitif
Makna kognitif (cognitive meaning) atas makna deskriptif (descriptive meaning), atau makna referensil (referential meaning) biasanya dibedakan atas: (i) hubungan antara kata dan benda atau yang diacu, dan ini disebut ekstensi atau denotasi kata; (ii) hubungan antara kata dan karakteristik tertentu, dan ini disebut konotasi kata (Shipley, 1962:261).
Misalnya, kata pohon bermakna tumbuhan yang berbatang keras dan besar. Terhadap kata pohon dapat kita analisis komponennya, misalnya: tumbuhan; tinggi; berdaun; berbatang; kadang-kadang berbuah, kadang-kadang tidak; kadang-kadang bercabang; kadang-kadang; kadang-kadang tidak. Kalau orang menyebut mangga, terbayang komponen-komponen ini di otak kita, dan berdasarkan komponen-komponen itu, orang dapat membedakan antara pohon yang satu dengan pohon yang lain.

13.  Makna Kolokasi
Makna kolokasi (Belanda: collocative betekenis) biasanya berhubungan dengan penggunaan  beberapa kata didalam lingkungan yang sama (cf., Leech, I, 1974:35). Misalnya kalau seseorang berkata garam, gula, ikan, sayur, terong, tomat, kata-kata ini berhubungan dengan lingkungan dapur.

14.  Makna Konotatif
Makna konotatif (conotative meaning) muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca. Zgusta (1971:38) berpendapat makna konotatif adalah makna semua komponen pada kata ditambah beberapa nilai mendasar yang biasanya berfungsi menandai. Misalnya, kata amplop  bermakna sampul yang berfungsi tempat mengisi surat yang akan disampaikan kepada orang lain atau kantor, instansi, jawatan lain. Makna ini adalah makna denotasinya. ‘Berilah ia amplop agar urusanmu segera selesai’ maka kata amplop sudah bermakna konotatif, yakni berilah ia  uang. Kata amplop dan uang masih ada hubungan, karena uang dapat saja diisi didalam amplop.

15.  Makna Konseptual
Makna konseptual dianggap sebagai faktor utama di dalam setiap komunikasi. Makna konseptual  merupakan hal yang esensial di dalam suatu bahasa. Makna konseptual dapat diketahui setelah kita menghubungkan atau membandingkannya pada tataran bahasa.



16.  Makna Konstruksi
Makna konstruksi (construction meaning) adalah makna yang terdapat di dalam suatu konstruksi kebahasa. Misalnya makna milik atau yang menyatakan kepunyaan di dalam BI dinyatakan dengan jalan membuat urutan kata atau menggunakan akhiran punya. Misalnya, tasmu, songkoknya.

17.  Makna Kontekstual
Makna kontekstual (contextual meaning) atau makna situasional (situational meaning) muncul sebagai akibat hubungan antra

18.  Makna Leksikal
Makna leksikal (lexical meaning) atau makna semantik (semantic meaning), atau makna eksternal (external meaning) adalah makna kata ketika kata itu berdiri sendiri, entah dalam bentuk leksem atau bentuk berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa tertentu.

19.  Makna Lokusi
Makna lokusi (locutionary act) yang mengaitkan suatu topik dengan suatu keterangan dalam suatu ujaran.

20.  Makna Luas
Makna luas (extended meaning) menunjukkan bahwa makna yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang dipertimbangkan.

21.  Makna Piktorial
Makna piktorial (pictorial meaning) adalah makna yang muncul akibat bayangan pendengaran atau pembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca (cf, Shipley, 1962:261).

22.  Makna Proposisional
Makna proposisional (propositional meaning) adalah makna yang muncul apabila seseorang membatasi pengertiannya tentang sesuatu. Misalnya, kalau seseorang mengujarkan sudut siku-siku pasti 90 derajat.

23.  Makna Pusat
Makna pusat (central meaning) atau makna inti (core meaning) adalah makna yang dimiliki setiap kata meskipun kata tersebut tidak berada di dalam konteks kalimat.

24.  Makna Referensial
Makna referensial (referensial meaning) adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata.

25.  Makna Sempit
Makna sempit (specialized meaning) merupakan makna yang berwujud sempit pada keseluruhan ujaran.

26.  Makna Stilistika
Makna stilistika (Belanda: stilistische betekenis) adalah makna yang timbul akibat pemakaian bahasa.


27.  Makna Tekstual
Makna tekstual (textual meaning) adalah makna yang timbul setelah seseorang membaca teks secara keseluruhan.

28.  Makna Tematis
Makna tematis (Belanda: thematische betekenis) akan dipahami setelah dikomunikasikan oleh pembicara atau penulis, baik melalui urutan kata-kata, folus pembicaraan maupun penekanan, “Datgene wat gecommuniceerd word door de manier waarop enn spreker of schriver zijn boodschap organiseert in termen van volgorde, focus en nadruk” (Leech, I, 1976:37-38).

29.  Makna Umum
Makna umum adalah (general meaning) adalah makna yang menyangkut keseluruhan atau semuanya, tidak menyangkut yang khusus atau tertentu. 

Menurut KBBI (2008:864)

1.      Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud di luar bahasa, seperti orang, benda, tempat,sifat, proses, kegiatan.

2.      Makna Ekstensi
Makna ekstensi adalah makna yang mencakupi semua objek yang dapat dirujuk dengan kata itu.

3.      Makna Emotif
Makna emotif adalah makna kata atau frasa yang ditautkan dengan perasaan (ditentukan oleh perasaan).

4.      Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang didasarkan atas hubungan antara unsur-unsur bahasa dalam satuan yang lebih besar, misalnya hubungan antara kata dengan kata lain dalam frasa atau klausa.

5.      Makna Intensi
Makna intensi adalah makna yang mencakupi semua ciri yang diperlukan untuk keterterapan suatu kata (istilah).

6.      Makna Khusus
Makna khusus adalah makna kata atau istilah yang pemakaiannya pada bidang tertentu.

7.      Makna Kiasan
Makna kiasan adalah makna kata atau kelompok kata yang bukan mengacu ke makna yang sebenarnya, melainkan mengiaskan sesuatu, misalnya mahkota wanita berarti ‘rambut wanita’.

8.      Makna Kognitif
Makna kognitif adalah aspek-aspek satuan makna bahasa yang berhubungan dengan ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau penalaran.

9.      Makna Konotatif
Makna konotati adalah makna (nilai rasa) yang timbul karena adanya tautan pikiran antara denotasi dan pengalaman pribadi.

10.  Makna Kontekstual
Makna kontekstual adalah makna yang didasarkan atas hubungan antara ujaran dan situasi pemakaian ujaran itu.

11.  Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa, dsb.

12.  Makna Lokusi
Makna lokusi adalah makna yang dimaksudkan penutur dalam perbuatan berbahasa.

13.  Makna Luas
Makna luas adalah makna ujaran yang lebih luas daripada makna pusatnya, misalnya makna sekolah dalam kalimat ia bersekolah lagi di Seskoal (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut) yang lebih luas daripada makna ‘gedung tempat belajar’.

14.  Makna Pusat
Makna pusat adalah makna kata yang umumnya dapat dimengerti walaupun kata itu diberikan tanpa konteks.

15.  Makna Referensial
Makna referensial adalah makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia di luar bahasa (objek atau gagasan), dan dapat dijealaskan oleh analisis komponen; makna denotasi.

16.  Makna Sempit
Makna sempit adalah makna ujaran yang lebih sempit daripada makna pusat.

17.  Makna Umum
Makna umum adalah kata atau istilah yang pemakaiannya menjadi unsur bahasa umum.

Menurut Tarigan (2009:50&148)

1.      Denotasi
Denotasi suatu kata merupakan makna-makna yang bersifat umum, tradisional dan presedensial.

2.      Konotasi
Konotasi yang merupakan responsi emosional - yang seringkali bersifat perorangan – timbul dalam kebanyakan kata-kata leksikal pada sebagian besar pemakaiannya.

3.      Peribahasa
Peribahasa adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan suatu maksud yang tentu (Poerwadarminta dalam Tarigan, 2009: 148).

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
___________. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar