JENIS MAKNA
Menurut
Chaer (2007:289-297)
1. Makna Leksikal
Makna
leksikal adalah makna yang memiliki atau ada pada leksem meski tanpa koteks apa
pun. Misalnya, leksem kuda memiiki
makna leksikal ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’.
2. Makna Gramatikal
Makna
gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi,
reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi. Misalnya, dalam proses afiksasi
prefiks ber- dengan dasar baju melahirkan makna gramatikal
‘mengenakan atau memakai baju’.
3. Makna Kontekstual
Makna
kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu
konteks. Misalnya:
(1) adik
jatuh dari sepeda.
(2) dia
jatuh dalam ujian yang lalu.
(3) dia
jatuh cinta pada adikku.
Makna
konteks dapat juga berkenaan dengan situasi, yakni tempat, waktu, dan lingkungan
penggunaan bahasa itu.
4. Makna Referensial
Makna
referensial adalah sebuah kata atau leksem ada referensnya atau acuannya.
Kata-kata seperti meja, biru, dan kertas adalah termasuk kata-kata yang
bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata.
5. Makna Non-referensial
Makna
non-referensial adalah kata-kata yang tidak mempunyai referensnya. Misalnya,
kata-kata seperti dan, atau, dan karena.
6. Makna Denotatif
Makna
denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki
oleh sebuah leksem. Misalnya, kata rombongan
bermakna denotatif ‘sekumpulan orang yang mengelompokan menjadi satu kesatuan’.
7. Makna Konotatif
Makna konotatif
adalah makna lain yang ‘ditambahkan’ pada makna denotatif tadi yang berhubungan
dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata
tersebut. Misalnya, kata ramping,
yang sebenarnya bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotasi positif,
nilai rasa yang mengenakkan; orang akan senang kalau dikatakan ramping. Sebaliknya, kata kerempeng, yang sebenarnya bersinonm
dengan kata kurus dan ramping itu, mempunyai konotasi yang
negatif, nilai rasa yang tidak mengenakkan; orang akan merasa tidak enak kalau
dikatakan tubuhnya kerempeng.
8. Makna Konseptual
Makna
konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks
atau asosiasi apa pun. Kata rumah
memiliki makna konseptual ‘bangunan tempat tinggal manusia’.
9. Makna Asosiatif
Makna
asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan
adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Misalnya,
kata melati berasosiasi dengan
sesuatu yang suci atau kesucian.
10. Makna Kata
Makna kata
itu baru menjadi jelas kalau kata itu sudah berada di dalam konteks kalimatnya
atau konteks situasinya. Makna kata masih bersifat umum, kasar, dan tidak
jelas. Kata tangan dan lengan sebagai kata, maknanya lazim
dianggap sama, seperti:
(4)
Tangannya luka kena pecahan kaca.
(5)
Lengannya luka kena pecahan kaca.
Jadi, kata tangan dan lengan pada kedua kalimat adalah bersinonim, atau bermakna sama.
11. Makna
Istilah
Makna
istilah adalah makna yang pasti, yang jelas, yang tidak meragukan, meskipun
tanpa konteks kalimat. Istilah itu bebas konteks, sedangkan kata tidak bebas
konteks. Sebuah istilah hanya digunakan pada bidang keilmuan atau kegiatan
tertentu. Misalnya, kata tangan dan lengan dalam bidang kedokteran mempunyai
makna berbeda. Tangan bermakna bagian
dari pergelangan sampai ke jari tangan; sedangkan lengan adalah bagian dari pergelangan sampai ke pangkal bahu.
12. Makna Idiom
Idiom adalah
satuan ujaran yang maknanya tidak dapat ‘diramalkan’dari makna unsur-unsurnya,
baik secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya, bentuk membanting tulang dengan makna ‘berkerja keras’, meja hijau dengan
‘pengadilan, dan sudah beratap seng dengan makna ‘sudah tua’.
13. Makna
Peribahasa
Peribahasa
memiliki makna yang masih dapat ditelusiri atau dilacak dari makna
unsur-unsurnya karena adanya ‘asosiasi’ antara makna asli dengan maknanya
peribahasa. Misalnya, peribahasa tong
kosong bunyinya yang bermakna ‘orang yang banyak cakapnya biasanya tidak
berilmu’. Makna ini dapat ditarik dari asosiasi: tong yang berisi bila dipukul
tidak mengeluarkan bunyi, tetapi tong yang kosong akan menngeluarkan bunyi yang
keras, yang nyaring.
Menurut
Chaer (2009:59-78)
1. Makna Leksikal
Leksikal
adalah bentuk ajektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuler,
kosa kata, perbendaharaan kata). Makna leksikal dapat diartikan sebagai makna
yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Misalnya, kata tikus makna leksikalnya adalah sebangsa
binatang pengerat yang dapat menyebabkan penyakit tifus.
2. Makna Gramatikal
Makna
gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal
seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi. Misalnya,
proses afiksasi awalan ter- pada kata
angkat dalam kalimat Batu seberat itu terangkat juga oleh adik
melahirkan makna ‘dapat’, dan dalam kalimat Ketika
balok itu ditarik, papan itu terangkat ke atas melahirkan makna gramatikal
‘tidak sengaja’.
3. Makna Referensial
Makna
referensial adalah kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa
yang dia acu oleh kata itu. Misalnya, kata meja
dan kursi termasuk kata bermakna
referensial karena keduanya mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah
tangga yang disebut ‘meja’ dan ‘kursi’.
4. Makna Nonreferensial
Makna
nonrefensial adalah kata-kata yang tidak mempunyai referen. Kata karena dan tetapi tidak mempunyai referen.
5. Makna Denotatif
Makna
denotatif adalah makna yang sesuai
dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengeran, atau
pengalaman lainnya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi
faktual objektif. Misalnya, kata perempuan
dan wanita kedua kata ini mempunyai
denotasi yang sama, yaitu manusia dewasa bukan laki-laki. Dari beberapa buku
pelajaran makna denotasi disebut makna dasar, makna asli, atau makna pusat.
6. Makna Konotatif
Makna
konotatif adalah makna tambahan; tetapi penggunaan makna tambahan untuk
menyebut makna konotasi kiranya perlu dikoreksi; yakni hanya tambahan yang
sifatnya memberi rasa, baik positif maupun negatif. Misalnya, kata buaya dijadikan lambang kejahatan
menjadikan kata buaya bernilai rasa
negatif.
7. Makna Kata
Makna kata
baru menjadi jelas kalau sudah digunakan di dalam suatu kalimat. Kalau lepas
dari konteks kalimat, makna kata itu menjadi umum dan kabur.
8. Makna Istilah
Istilah
memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah karena
istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Jadi,
tanpa konteks kalimatnya pun makna istilah itu sudah pasti.
9. Makna Konseptual
Makna
konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya, makna yang sesuai referennya,
dan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apapun.
10. Makna
Asosiatif
Makna
asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya
hubungan kata itu dengan keadaaan diluar bahasa. Misalnya, kata merah berasosiasi dengan makna ‘berani’.
11. Makna
Idiomatikal
Makna
idiomatikal adalah makna sebuah satuan bahasa (entah kata, frase, atau kalimat)
yang ‘menyimpang’ dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur
pembentuknya. Untuk mengetahui makna idiom sebuah kata (frase atau kalimat)
tidak ada jalan lain selain mencari di dalam kamus.
12. Makna
Peribahasa
Makna
peribahasa masih dapat diramalkan karena adanya asosiasi atau tautan antara
makna leksikal dan makna gramatikal unsur-unsur pembentukan peribahasa itu dengan
makna lain yang menjadi tautannya.
13. Makna Kias
Makna kias
adalah semua bentuk bahasa (baik kata, frase, maupun kalimat) yang tidak
merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti
denotatif). Misalnya, kata putri malam dalam arti ‘bulan’, membanting tulang
dalam arti ‘bekerja keras’, dan kata daki dunia dalam arti ‘harta, uang’.
14. Makna Kolusi
Makna kolusi
adalah makna seperti yang dinyatakan dalam ujaran, makna harfiah, atau makna
apa adanya.
15. Makna
Ilokusi
Makna ilokusi
adalah makna seperti yang dipahami oleh pendengar.
16. Makna
Perlokusi
Makna
perlokusi adalah makna seperti yang diinginkan oleh penutur.
Menurut
Pateda (2001:96-132)
1. Makna Afektif
Makna
afektif (Inggris: affective meaning, Belanda affective betekenis) merupakan
makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata
atau kalimat. Oleh karena makna afektif berhubungan dengan reaksi pendengar
atau pembaca dalam dimensi rasa, maka dengan sendirinya makna afektif berhubungan
pula dengan gaya bahasa. Misalnya seseorang berkata, ‘Datang-datanglah ke
pondok buruk kami’. Urutan kata pondok
buruk mengandung makna afektif, yakni merendahkan diri.
2. Makna Denotatif
Makna
denotatif (denotative meaning) adalah makna kata atau kelompok kata yang
didasarkan atas hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud diluar bahasa
yang diterapi satuan bahasa itu secara tepat. Makna denotatif adalah makna
polos, makna apa adanya. Sifatnya objektif. Makna denotatif didasarkan atas penunjukan
yang lugas pada sesuatu diluar bahasa atau yang didasarkan pada konvensi
tertentu (Harimurti, 1982:32). Misalnya, kata uang yang mengandung makna benda kertas atau logam yang digunakan dalam
transaksi jual beli.
3. Makna Deskriptif
Makna deskriptif
(descriptive meaning) yang biasa disebut pula makna kognitif (cognitive meaning) atau makna referensial (referential
meaning) adalah makna yang terkandung didalam setiap kata. Makna yang
ditunjukkan oleh lambang itu sendiri. Makna deskriptif adalah makna yang
terkandung dalam kata itu pada masa sekarang. Makna dimaksud adalah makna yang
masih berlaku sekarang, makna yang berlaku dalam masyarakat pemakai bahasa.
Ambillah contoh kata rangkap. Dewasa
ini kata rangkap selalu dikaitkan
dengan upaya menjadikan sesuatu ganda atau kembar. Itu sebabnya kita
mengatakan, ‘Ketiklah rangkap dua, rangkap tiga’. Pemakai bahasa tidak
mengaitkan dengan makna (i) menungkup dengan telapak tangan; (ii) menangkap
dengan menungkupkan telapak tangan sehingga binatang yang ditangkap tidak mati;
(iii) menangkap kedua belah tangan (lihat Depdikbud, 1993:8160).
4. Makna Ekstensi
Makna
ekstensi (extensional meaning) adalah makna yang mencakup semua ciri objek atau
konsep (Harimurti, 1982:103). Makna ini meliputi semua konsep yang ada pada
kata. Makna ekstensi mencakup semua makna atau kemungkinan makna yang muncul
dalam kata. Misalnya, kata ayah dapat dimaknakan: (i) orangtua anak-anak; (ii)
laki-laki; (iii) telah beristri; (iv) tidak memakai BH; (v) sebagai kepala rumah
tangga; dan (vi) orang yang berusaha keras mencari nafkah untuk anak dan
istrinya.
5. Makna Emotif
Makna emotif
(emotive meaning) adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau
sikap pembicara mengenai/terhadap apa yang dipikirkan atau dirasakan (Shipley,
1962:261). Misalnya, kata kerbau yang
muncul dalam urutan kata engkau kerbau.
Kata kerbau ini menimbulkan perasaan
tidak enak bagi pendenger, atau dengan kata lain, kata kerbau mengandung makna
emosi. Kata kerbau dihubungkan dengan
perilaku yang malas, lamban, dan dianggap sebagai penghinaan.
6. Makna Gereflekter
Makna
gereflekter tidak saja muncul karena sugesti emosional, tetapi juga yang
berhubungan dengan kata atau ungkapan tabu. Misalnya, kata-kata bersetubuh, ereksi, ejakulasi adalah
kata-kata yang mengandung makna gereflekter.
7. Makna Gramatikal
Makna
gramatikal (gramatical meaning), atau makna fungsional (fungsional meaning),
atau makna struktural (structural meaning), atau makna internal (internal
meaning) adalah makna yang mucul sebagai akibat berfungsinya kata dalam
kalimat. Misalnya, dalam kalimat ‘Hei, mana matamu?’ kata mata tidak mengacau
lagi pada makna alat untuk melihat atau tidak menunjuk pada indra untuk
melihat, tetapi menunjuk pada cara bekerja, cara mengerjakan yang hasilnya
kotor, tidak baik.
8. Makna Ideasional
Makna
ideasional (ideational meaning) adalah makna yang muncul akibat penggunaan kata
yang memiliki konsep. Dalam BI terdapat kata demokrasi. Konsep makna kata
demokrasi adalah persamaan hak dan kewajiban seluruh rakyat. Makna
ideasionalnya, yakni ide yang terkandung didalam kata demokrasi itu sendiri.
9. Makna Intensi
Makna
intensi (intentional meaning) adalah makna yang menekankan maksud pembicara
(Harimurti, 1982:103).
10. Makna Khusus
Makna khusus
adalah makna kata atau istilah yang pemakaiannya terbatas pada bidang tertentu.
Misalnya, bagi militer, makna kata operasi selalu dikhususkan dengan upaya melumpuhkan perlawanan lawan, dan kalau
mungkin menumpas perlawanan musuh.
11. Makna Kiasan
Makna kiasan
(transfered meaning atau figurative meaning) adalah pemakaian kata yang
maknanya tidak sebenarnya (Harimurti, 1982:103). Misalnya kata bintang lapangan bermakna kiasan, orang yang
terampil bermain sepak bola. Kata ini berhubungan dengan makna orang yang
diunggulkan.
12. Makna
Kognitif
Makna
kognitif (cognitive meaning) atas makna deskriptif (descriptive meaning), atau
makna referensil (referential meaning) biasanya dibedakan atas: (i) hubungan
antara kata dan benda atau yang diacu, dan ini disebut ekstensi atau denotasi
kata; (ii) hubungan antara kata dan karakteristik tertentu, dan ini disebut
konotasi kata (Shipley, 1962:261).
Misalnya,
kata pohon bermakna tumbuhan yang berbatang
keras dan besar. Terhadap kata pohon
dapat kita analisis komponennya, misalnya: tumbuhan; tinggi; berdaun;
berbatang; kadang-kadang berbuah, kadang-kadang tidak; kadang-kadang bercabang;
kadang-kadang; kadang-kadang tidak. Kalau orang menyebut mangga, terbayang
komponen-komponen ini di otak kita, dan berdasarkan komponen-komponen itu,
orang dapat membedakan antara pohon yang satu dengan pohon yang lain.
13. Makna
Kolokasi
Makna
kolokasi (Belanda: collocative betekenis) biasanya berhubungan dengan
penggunaan beberapa kata didalam
lingkungan yang sama (cf., Leech, I, 1974:35). Misalnya kalau seseorang berkata
garam, gula, ikan, sayur, terong, tomat, kata-kata
ini berhubungan dengan lingkungan dapur.
14. Makna
Konotatif
Makna
konotatif (conotative meaning) muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai
bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca. Zgusta (1971:38)
berpendapat makna konotatif adalah makna semua komponen pada kata ditambah
beberapa nilai mendasar yang biasanya berfungsi menandai. Misalnya, kata amplop
bermakna sampul yang berfungsi
tempat mengisi surat yang akan disampaikan kepada orang lain atau kantor,
instansi, jawatan lain. Makna ini adalah makna denotasinya. ‘Berilah ia amplop agar urusanmu segera selesai’
maka kata amplop sudah bermakna
konotatif, yakni berilah ia uang. Kata amplop dan uang masih ada
hubungan, karena uang dapat saja diisi didalam amplop.
15. Makna
Konseptual
Makna
konseptual dianggap sebagai faktor utama di dalam setiap komunikasi. Makna
konseptual merupakan hal yang esensial
di dalam suatu bahasa. Makna konseptual dapat diketahui setelah kita
menghubungkan atau membandingkannya pada tataran bahasa.
16. Makna
Konstruksi
Makna
konstruksi (construction meaning) adalah makna yang terdapat di dalam suatu
konstruksi kebahasa. Misalnya makna milik atau yang menyatakan kepunyaan di
dalam BI dinyatakan dengan jalan membuat urutan kata atau menggunakan akhiran
punya. Misalnya, tasmu, songkoknya.
17. Makna
Kontekstual
Makna kontekstual
(contextual meaning) atau makna situasional (situational meaning) muncul
sebagai akibat hubungan antra
18. Makna
Leksikal
Makna
leksikal (lexical meaning) atau makna semantik (semantic meaning), atau makna
eksternal (external meaning) adalah makna kata ketika kata itu berdiri sendiri,
entah dalam bentuk leksem atau bentuk berimbuhan yang maknanya kurang lebih
tetap seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa tertentu.
19. Makna Lokusi
Makna lokusi (locutionary act)
yang mengaitkan suatu topik dengan suatu keterangan dalam suatu ujaran.
20. Makna Luas
Makna luas
(extended meaning) menunjukkan bahwa makna yang terkandung pada sebuah kata
lebih luas dari yang dipertimbangkan.
21. Makna
Piktorial
Makna
piktorial (pictorial meaning) adalah makna yang muncul akibat bayangan
pendengaran atau pembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca (cf, Shipley,
1962:261).
22. Makna
Proposisional
Makna
proposisional (propositional meaning) adalah makna yang muncul apabila
seseorang membatasi pengertiannya tentang sesuatu. Misalnya, kalau seseorang
mengujarkan sudut siku-siku pasti 90 derajat.
23. Makna Pusat
Makna pusat
(central meaning) atau makna inti (core meaning) adalah makna yang dimiliki
setiap kata meskipun kata tersebut tidak berada di dalam konteks kalimat.
24. Makna
Referensial
Makna
referensial (referensial meaning) adalah makna yang langsung berhubungan dengan
acuan yang ditunjuk oleh kata.
25. Makna Sempit
Makna sempit
(specialized meaning) merupakan makna yang berwujud
sempit pada keseluruhan ujaran.
26. Makna
Stilistika
Makna stilistika (Belanda: stilistische betekenis) adalah makna
yang timbul akibat pemakaian bahasa.
27. Makna
Tekstual
Makna tekstual (textual meaning) adalah makna yang
timbul setelah seseorang membaca teks secara keseluruhan.
28. Makna
Tematis
Makna tematis (Belanda: thematische betekenis) akan dipahami
setelah dikomunikasikan oleh pembicara atau penulis, baik melalui urutan
kata-kata, folus pembicaraan maupun penekanan, “Datgene wat gecommuniceerd word door de manier waarop enn spreker of
schriver zijn boodschap organiseert in termen van volgorde, focus en nadruk”
(Leech, I, 1976:37-38).
29. Makna Umum
Makna umum adalah (general meaning) adalah makna yang
menyangkut keseluruhan atau semuanya, tidak menyangkut yang khusus atau
tertentu.
Menurut KBBI
(2008:864)
1. Makna Denotatif
Makna
denotatif adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan
lugas antara satuan bahasa dan wujud di luar bahasa, seperti orang, benda, tempat,sifat,
proses, kegiatan.
2. Makna Ekstensi
Makna
ekstensi adalah makna yang mencakupi semua objek yang dapat dirujuk dengan kata
itu.
3. Makna Emotif
Makna emotif
adalah makna kata atau frasa yang ditautkan dengan perasaan (ditentukan oleh
perasaan).
4. Makna Gramatikal
Makna
gramatikal adalah makna yang didasarkan atas hubungan antara unsur-unsur bahasa
dalam satuan yang lebih besar, misalnya hubungan antara kata dengan kata lain
dalam frasa atau klausa.
5. Makna Intensi
Makna
intensi adalah makna yang mencakupi semua ciri yang diperlukan untuk
keterterapan suatu kata (istilah).
6. Makna Khusus
Makna khusus
adalah makna kata atau istilah yang pemakaiannya pada bidang tertentu.
7. Makna Kiasan
Makna kiasan
adalah makna kata atau kelompok kata yang bukan mengacu ke makna yang
sebenarnya, melainkan mengiaskan sesuatu, misalnya mahkota wanita berarti ‘rambut wanita’.
8. Makna Kognitif
Makna
kognitif adalah aspek-aspek satuan makna bahasa yang berhubungan dengan ciri-ciri
dalam alam di luar bahasa atau penalaran.
9. Makna Konotatif
Makna
konotati adalah makna (nilai rasa) yang timbul karena adanya tautan pikiran
antara denotasi dan pengalaman pribadi.
10. Makna
Kontekstual
Makna
kontekstual adalah makna yang didasarkan atas hubungan antara ujaran dan
situasi pemakaian ujaran itu.
11. Makna
Leksikal
Makna
leksikal adalah makna unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa, dsb.
12. Makna Lokusi
Makna lokusi
adalah makna yang dimaksudkan penutur dalam perbuatan berbahasa.
13. Makna Luas
Makna luas
adalah makna ujaran yang lebih luas daripada makna pusatnya, misalnya makna sekolah dalam kalimat ia bersekolah lagi di Seskoal (Sekolah Staf
dan Komando Angkatan Laut) yang lebih luas daripada makna ‘gedung tempat
belajar’.
14. Makna Pusat
Makna pusat
adalah makna kata yang umumnya dapat dimengerti walaupun kata itu diberikan
tanpa konteks.
15. Makna
Referensial
Makna
referensial adalah makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan
dunia di luar bahasa (objek atau gagasan), dan dapat dijealaskan oleh analisis
komponen; makna denotasi.
16. Makna Sempit
Makna sempit
adalah makna ujaran yang lebih sempit daripada makna pusat.
17. Makna Umum
Makna umum
adalah kata atau istilah yang pemakaiannya menjadi unsur bahasa umum.
Menurut
Tarigan (2009:50&148)
1. Denotasi
Denotasi
suatu kata merupakan makna-makna yang bersifat umum, tradisional dan
presedensial.
2. Konotasi
Konotasi
yang merupakan responsi emosional - yang seringkali bersifat perorangan –
timbul dalam kebanyakan kata-kata leksikal pada sebagian besar pemakaiannya.
3. Peribahasa
Peribahasa
adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya dan biasanya
mengiaskan suatu maksud yang tentu (Poerwadarminta dalam Tarigan, 2009: 148).
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 2007. Linguistik Umum.
Jakarta: Rineka Cipta.
___________. 2009. Pengantar
Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar